Komparatisme Dan Sinema Sastra

Archive for June 2009

Karya Sastra dan Psikoanalisis

Disusun oleh : Elisa Fitri

Sastra bandingan, seperti juga disiplin ilmunya, berkembang sejak awal periode krisis pemikiran yang berhubungan dengan promosi ide Sastra. Pada kenyataannya, teori tersebut membentuk persilangan antara wacana filsafat dan kesusastraan. Tetapi dalam prakteknya, sama halnya dengan sebuah pertanyaan mengenai moral yang selalu saja dikaitkan dengan cerminan estetika. Itulah kenapa,   sejak beberapa tahun kebelakang, studi yang terkait dengan karya sastra, filsafat membentuk sebuah ruang lingkup yang benar-benar secara bebas melakukan penyelidikan terhadap wacana tersebut dan hal ini pula yang paling banyak memberikan tempat kepada publik.

Karya sastra dan Psikoanalis

Hubungan antara sastra dengan Psikoanalis tidak membentuk sebuah pertanyaan bandingan, melainkan memberikan jalan keluar atas pengertian atau skema psikoanalis yang berproses dalam karya sastra bandingan. Dalam teks sastra, wacana mengenai psikoanatik (analisis jiwa) bahkan mempunyai kedudukan fungsi yang sama daripada wacana filsafat.

Psikoanalisis sering menimbulkan pertentangan dan terkadang orang mengatakan bahwa dalam disiplin ilmu ini,  sastra tidak dibentuk untuk digunakan secara bijaksana. Hasil pemikiran yang memperbolehkan kita mengacu pada stilistik, semiotik, teks-teks genetik atau jika kita benar-benar mengetahui apa yang dipertaruhkan filsafat dan epistemologi yang cenderung berjalan. Pengetahuan dasar digunakan dalam melakukan sebuah pendekatan resepsi atau instrument analisis yang sesuai yang telah ada sebelumnya, terlebih dulu disaring menggunakan metode kritik, baru setelah itu kita melakukan pembahasan terhadap studi imagologi. Dalam sastra bandingan, permasalahan yang dihadapi ialah kecendrungan menaruh perhatian yang besar terhadap instrument pembacaan teks yang berbeda-beda seperti: basa, epos, budaya. Psikoanalis mumgkin merupakan salah satu bagian dari instrument-instrument tersebut.

Sejarah Psikoanalis

Psikologi lahir sebagai disiplin ilmu ilmiah tersendiri di Jerman pada pertengahan abad XIX, tugas psikologi didefinisikan sebagai analisis kesadaran manusia pada orang dewasa yang normal. Psikologi didominasi oleh gagasan dan upaya mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang dewasa normal melalui metode instropeksi. Psikologi melihat kesadaran sebagai tersusun dari elemen-elemen structural yang berhubungan erat dengan proses pada organ-organ pancaindera. Pengalaman kompleks dilihat sebagai dari penggabungan sejumlah sensasi, gambaran dan perasaan. Tugas psikologi adalah menemukan elemen-elemen dasar dan berupaya menetapkan hukum-hukum yang menggabungkan elemen-elemen dasar ini.

Pemahaman Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalamannya dengan para pasien, analisis tentang mimpi-mimpinya sendiri dan bacaannya sangat banyak mengenai berbagai ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman ini merupakan data dasar untuk perkembangan teorinya.

Freud berpendapat bahwa pikiran manusia terdiri dari tiga bagian, yakni kesadaran, keprasadaran, ketidaksadaran. Kesadaran mengacu kepada pengalaman-pengalaman mental dalam kesadaran sekarang. Isi mental yang sekarang tidak ada dalam kesadaran, tetapi dengan dapat dengan mudah masuk kedalam kesadaran, berada dalam keprasadaran. ketidaksadaran yang merupakan bagian terbesar dari pikiran adalahgdang dari insting-insting dasar, seperti seks dan agresi.

Freud juga mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni id, ego dan superego. Satu-satunya struktur mental yang yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan-dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principale) dan mencari kepuasan segera. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principale) yang memuaskan dorogan-dorongan id  menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat. Superego, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral.

Ketiga sistem tersebut hanyalah nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip sistem yang berbeda dalam keadaan normal, prinsip-prinsip yang berlainan ini tidak bentrok satu sama lain. Sebaliknya mereka bekerja sama seperti suatu tim, ego yang memegang kendali. Kepribadian biasanya berfungsi sebagai suatu kesatuan dan bukan tiga bagian yang terpisah. Kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda oleh sang individu, mencakup usaha-usaha menyesuaikan diri yang beraneka ragam namun khas yang dilakukan oleh individu. Kepribadian merupakan hakikat keadaan manusiawi, yang mana merupakan bagian dari individu yang paling mencerminkan atau mewakili si pribadi, bukan hanya dalam arti bahwa ia membedakan individu tersebut dari orang lain, bahwa itulah ia yang sebenarnya. Secara umum id bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, sedangkan ego sebagai komponen psikologis dan superego sebagai komponen sosialnya.

Psikonaliasis disebut-sebut sebagai kekuatan pertama dalam aliran psikologi. Aliran ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1890-an oleh Simund Freud, seorang ahli neurologi yang berhasil menemukan cara-cara pengobatan yang efektif bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan gejala neurotik dan histeria melalui teknik pengobatan eksperimental yang disebut abreaction, sebuah kombinasi antara teknik hipnotis dengan katarsis, yang ia pelajari dari senior sekaligus sahabatnya, Dr. Josef Breuer. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, :”Studies in Histeria”. Kerjasamanya dengan Jean Martin Charcot, dokter syaraf terkenal di Prancis, dia banyak menggali tentang gejala-gejala psikosomatik dari pasien-pasien yang mengalami gangguan seksual.

Freud berhasil mengembangkan teori kepribadian yang membagi struktur mind ke dalam tiga bagian yaitu :

  • consciousness (alam sadar),
  • preconsciousness (ambang sadar) dan
  • unconsciousness (alam bawah sadar).

Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.

Freud mengembangkan konsep struktur mind tersebut dengan mengembangkan “mind apparatus”, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.

  • Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Pada inti kepribadian dan sama sekali tidak disadari individu terdapat wilayah psikis yang disebut id. Dilihat dari perkembangannya, id adalah bagian tertua dari kepribadian. Pada mulanya segala-galanya adalah id. Karena id adalah bagian kepribadian yang sangat primitif yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar, maka ia mengandung semua dorongan bawaan yang tidak dipelajari yang dalam psikoanalis disebut insting-insting. Ia beroperasi seluruhnya pada tingkat ketidaksadaran dan tidak diatur oleh pertimbangan oleh waktu, tempat dan logika. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah darimana ia mendapatkan energinya.  Freud juga menyebutnya sebagai “kenyataan psikis yang sebenarnya” karena ia merepresentasikan dunia bathin dari pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan yang objektif.

Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Karena itu, apabila tingkat tegangan organisme meningkat maka id akan bekerja sedemikian rupa sebagai untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi yang rendah serta menyenangkan. Gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat merupakan satu-satunya kenyataan yang dikenal id. Ciri-ciri lain dari id adalah tidak memiliki moralitas. Karena tidak dapat menilai  atau membedakan antara baik dan jahat, maka id adalah amoral, primitif, khaos. Seluruh energinya hanya digunakan untuk satu tujuan mencari kenikmatan tanpa memperdulikan apakah hal itu tepat atau tidak. Sebagai daerah yang menyimpan insting-insting, id beroperasi sebagai proses primer.

  • Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Super ego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Ego adalah “aku” atau “diri” yang tumbuh dari id pada masa bayi dan menjadi sumber untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan adanya ego, individu dapat membedakan dirinya dari lingkungan disekitarnya dan dengan demikian terbentuklah inti yang mengintegrasikan kepribadian. Perbedaan pokok antara id dan ego ialah bahwa id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan (reality principle) dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan.

Sebagai bagian jiwa yang berhubungan dengan dunia luar, ego menjadi bagian kepribadian yang mengambil keputusan atau eksekutip kepribadian. Ego dikatakan eksekutip kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu kea rah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan respons, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif, ego harus mempertimbangkan tuntutan-tuntutan dari id dan superego yang bertentangan dan tidak realistik.

Dari apa yang diuraikan diatas maka fungsi-fungsi ego ialalah;

a)      Memberikan kepuasan akan kebutuhan-kebutuhan, seperti makanan dan melindungi organisme,

b)      Menyesuaikan usaha-usaha dari id dengan tuntutan dari lingkungan sekitarnya,

c)      Menekan impuls-impulse yang tidak dapat diterima oleh super ego,

d)      Mengkoordinasikan dan menyeleseikan tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari id dan super ego, dan

e)      Mempertahankan kehidupan individu serta berusaha supaya spesies dikembangbiakkan.

  • Super ego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Komponen struktural ketiga kepribadian adalah super ego dan dalam pandangan Freud, super ego adalah bagian moral atau etis dari kepribadian. Super ego mulai berkembang pada waktu ego menginternealisasikan norma-norma sosial dan moral. Super ego dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistik dan idealistik yang bertentangan dengan prinsip kenikmatan dari id dan prinsip kenyataan dari ego. Super ego mencerminkan yang ideal bukan yang real, memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.

Superego tumbuh dari ego dan seperti ego, superego tidak memiliki energi dari dirinya sendiri. Namun, superego berbeda dengan ego dalam satu hal yang penting, yakni superego tidak berhubungan dengan dunia luar dan demikian tuntutannya untuk kesempurnaan tidak realistik. Super ego yang berkembang dengan baik akan mengontrol dorongan-dorongan seksual dan agresif melalui proses represi. Ia sendiri tidak melakukan represi, tetapi ia memerintahkan ego untuk melakukannya.

Fungsi pokok super ego:

a)      Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif karena impuls-impulse ini dikutuk masyarakat

b)      Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistic dengan tujuan-tujuan moralistic

c)      Mengejar kesempurnaan

Dengan  demikian, superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri.

Dalam menyimpulkan gambaran ketiga sistem tersebut harus diiingat bahwa id, ego dan super ego tidak dipandang sebagai yang menjalankan kepribadian. Ketiga system tersebut hanyalah nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip system yang berbeda. Kepribadian biasanya berfungsi sebagai suatu kesatuan, bukan sebagai tiga komponen yang terpisah. Diandaikan id sebagai komponen fisiologis, ego sebagai komponen psikologis, dan super ego sebagai komponen sosial kepribadian.

Apabila terjadi pelanggaran nilai, super ego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam, seperti : identifikasi, proyeksi, fiksasi, agesi regresi, represi.

Pemikiran Psikoanalisis dari Freud semakin terus berkembang, Alfred Adler (1870-1937), sebagai pengikut Freud yang berhasil mengembangkan teorinya sendiri yang disebut dengan Individual Psychology. Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi kelemahan tersebut. Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangan lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.

Carl Gustav Jung (1875-1961), salah seorang murid Freud yang kemudian berhasil mengembangkan teorinya sendiri yang disebut Analytical Psychology. Jung menekankan pada aspek ketidakadaran dengan konsep utamanya, collective unconscious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype, yang terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective unconsciousness.

Hingga saat ini di Amerika Serikat tercatat sekitar 35 lembaga pelatihan Psikoanalisis yang telah terakreditasi oleh American Psychoanalytic Association dan terdapat lebih dari 3.000 lulusannya yang menjalankan praktik psikoanalisis. Pemikiran psikoanalisis tidak hanya berkembang di Amerika di hampir seluruh belahan Eropa dan belahan dunia lainnya.

Beberapa teori yang dihasilkan dari kalangan psikoanalisis

  • teori konflik;
  • psikologi ego;
  • teori hubungan-hubungan objek
  • teori struktural; dan sebagainya

Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, psikoanalisis merupakan salah satu aliran psikologi yang telah berhasil menguak sisi kehidupan manusia yang tidak bisa diamati secara inderawi. Psikoanalisis telah mengantarkan pelopornya, yaitu Sigmund Freud sebagai salah satu tokoh psikologi yang paling populer di Amerika pada abad ke-20.

Sigmund Freud, pemula cikal bakal psikoanalisa, dilahirkan tahun 1856 di kota Freiberg yang kini terletak di Cekoslowakia, tetapi mulanya wilayah Kerajaan Austria. Tatkala dia berumur empat tahun, keluarganya pindah ke Wina dan di situlah dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya. Freud seorang mahasiswa yang cemerlang di sekolahnya, meraih gelar sarjana kedokteran dari Universitas Wina tahun 1881. Selama sepuluh tahun berikutnya dia melakukan penyelidikan mendalam di bidang psikologi, membentuk staf klinik psikiatri, melakukan praktek pribadi di bidang neurologi, bekerja di Paris bersama neurolog Perancis kenamaan Jean Charcot dan juga bersama dokter Josef Breuer orang Wina.

Gagasan Freud di bidang psikologi berkembang tingkat demi tingkat. Batu tahun 1895 buku pertamanya Penyelidikan tentang Histeria terbit, bekerja sama dengan Breuer. Buku berikutnya Tafsir Mimpi terbit tahun 1900. Buku ini merupakan salah satu karyanya yang paling orisinal dan sekaligus paling penting, meski pasar penjualannya lambat pada awalnya, tetapi melambungkan nama harumnya. Sesudah itu berhamburan keluar karya-karyanya yang penting-penting, dan pada tahun 1908 tatkala Freud memberi serangkaian ceramah di Amerika Serikat, Freud sudah jadi orang yang betul-betul kesohor.

Di tahun 1902 dia mengorganisir kelompok diskusi masalah psikologi di Wina. Salah seorang anggota pertama yang menggabungkan diri adalah Alfred Adler, dan beberapa tahun kemudian ikut pula Carl Jung. Kedua orang itu akhirnya juga menjadi jagoan ilmu psikologi lewat upaya mereka sendiri.

Freud menikah dan mempunyai enam orang anak. Pada saat-saat akhir hidupnya dia kejangkitan kanker pada tulang rahangnya dan sejak tahun 1923 dan selanjutnya dia mengalami pembedahan lebih dari tiga puluh kali dalam rangka memulihkan kondisinya. Meski begitu,dia tetap menemukan kerja dan beberapa karya penting bermunculan pada tahun-tahun berikutnya. Di tahun 1938 Nazi menduduki Austria dan si Sigmund Freud yang sudah berusia 82 tahun dan keturunan Yahudi itu dipaksa pergi ke London dan meninggal dunia di sana setahun sesudahnya.

Kontribusi Freud dalam bidang teori psikologi begitu luas jangkauannya sehingga tidak gampang menyingkatnya. Dia menekankan arti penting yang besar mengenai proses bawah sadar sikap manusia. Dia tunjukkan betapa proses itu mempengaruhi isi mimpi dan menyebabkan omongan-omongan yang meleset atau salah sebut, lupa terhadap nama-nama dan juga menyebabkan penderitaan atas bikinan sendiri serta bahkan penyakit.

Freud mengembangkan teknik psikoanalisa sebagai suatu metode penyembuhan penyakit kejiwaan, dan dia merumuskan teori tentang struktur pribadi manusia dan dia juga mengembangkan atau mempopulerkan teori psikologi yang bersangkutan dengan rasa cemas, mekanisme mempertahankan diri, ihwal pengkhitanan, rasa tertekan, sublimasi dan banyak lagi. Tulisan-tulisannya menggugah kegairahan bidang teori psikologi. Banyak gagasannya yang kontroversial sehingga memancing perdebatan sengit sejak dilontarkannya.

Freud mungkin paling terkenal dalam hal pengusulan gagasan bahwa gairah seksual yang tertekan sering menjadi penyebab penting dalam hal penyakit jiwa atau neurosis. (Sesungguhnya, bukanlah Freud orang pertama yang mengemukakan masalah ini meski tulisan-tulisannya begitu banyak beri dorongan dalam penggunaan lapangan ilmiah). Dia juga menunjukkan bahwa gairah seksual dan nafsu seksual bermula pada saat masa kanak-kanak dan bukannya pada saat dewasa.

Berhubung banyak gagasan Freud masih bertentangan satu sama lain, sangatlah sulit menempatkan kedudukannya dalam sejarah. Dia merupakan pelopor serta penggaagas, dengan bakat serta kecerdasan luar biasa yang menghasilkan pelbagai gagasan. Tetapi, teori-teori Freud (tidak seperti Darwin atau Pasteur) tak pernah berhasil kesepakatan dari masyarakat ilmuwan dan teramat sulit mengatakan bahwa bagian-bagian mana dari gagasannya yang akhirnya dapat dianggap sebagai suatu kebenaran.

Lepas dari pertentangan yang berkelanjutan terhadap gagasan-gagasannya, tampaknya sedikit sekali yang meragukan bahwa Freud merupakan tokoh menonjol dalam sejarah pemikiran manusia. Pendapat-pendapatnya di bidang psikologi sepenuhnya telah merevolusionerkan konsepsi kita tentang pikiran manusia, dan banyak gagasan serta istilah-istilahnya telah digunakan oleh umum-misalnya: ego, super ego, Oedipus complex dan kecenderungan hasrat mau mati.

Psikoanalis merupakan cara penyembuhan yang teramat mahal dan serius dan pula tidak berhasil apa-apa. Tetapi dilain sisi, teknik itu meraih sukses besar. Para psikolog di masa depan berkesimpulan bahwa keinginan seksual yang tertekan akan semakin penting peranannya dalam tingkah laku manusia daripada anggapan para penganut faham Freud. Tetapi, gairah ini sudah pasti punya saham besar dari anggapan sebagian psikolog sebelum Freud. Begitu pula, mayoritas psikolog kini yakin bahwa proses mental bawah-sadar memegang peranan yang menentukan dalam tingkah laku manusia, sesuatu hal yang diremehkan orang sebelum Freud.

Dinamika-dinamika Kepribadian

Tingkat-tingkat kehidupan mental dan bagian-bagian pikiran mengacu kepada struktur atau susunan kepribadian, sedangkan kepribadian juga melakukan sesuatu. Dengan demikian, Freud mengemukakan suatu prinsip yang disebut prinsip motivasional atau dinamik untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan yang mendorong dibalik tindakan-tindakan manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kenikmatan dan mereduksi tegangan serta kecemasan.

a)         Naluri

Naluri atau insting adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yag diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh. Naluri akan menghimpun sejumlah energi psikis apabila suatu kebutuhan muncul, dan pada gilirannya naluri ini akan menekan atau mendorong individu untuk bertindak kearah pemuasan kebutuhan yang nantinya bisa mengurangi egangan yang ditimbulkan oleh tekanan energi psikis tersebut. Naluri tersusun dari empat unsur; sumber, upaya, objek dan dorongan. Sumber dari naluri adalah kebutuhan, upayanya adalah mengisi kekurangan atau memuaskan kebutuhan, sedangkan objeknya adalah hal-hal yang bisa memuaskan kebutuhan. Tingkah laku individu dibangkitkan oleh keadaan peka, dan ditujukan untuk mengurangi kepekaan itu. Individu menerima stimulus dari dalam berupa naluri-naluri, individu juga menerima stimulus dari luar berupa sikap dan perlakuan dari individu-individu lain atau berupa situasi dan kondisi lingkungan tempat individu berada.

Naluri-naluri yang terdapat pada manusia dibedakan kedalam dua macam naluri, naluri-naluri kehidupan dan naluri-naluri kematian.

Naluri kehidupan, naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesies . contoh dari naluri kehidupan adalah, lapar, haus dan seks.

Freud menekankan bahwa seksualitas manusia memiliki sejarah yang panjang yang dimulai sejak kelahiran dan seks itu sendiri tidak hanya terdiri dari satu naluri, sehubungan dengan hal ini Freud berpendapat bahwa pada manusia terdapat beberapa bagian tubuh yang peka yang apabila mendapat rangsangan akan menghasilkan perasaan yang menyenangkan. Perasaa semacam ini disebut juga perasaan erotik.

Sementara itu, naluri kematian adalah naluri yang ditujukan kepada perusakan atau penghancuran atas apa yang telah ada. Naluri kematian pada individu bisa ditujukan kepada dua arah, yakni kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain atau keluar diri. Naluri kematian yang diarahkan kepada diri sendiri tampil dalam tindakan bunuh diri atau tindakan massochist (menyakiti diri sendiri), sedangkan nalur kematian yang diarahkan keluar atau kepada orang lain dinyatakan dalam tindakan membunuh, menganiaya atau menghancurkan orang lain.

b)         Kecemasan

Dinamika kepribadian sebagian besar dikuasai oleh keharusan untuk memuaskan kebutuhan seseorang lewat transaksi dengan dunia luar. Disamping perannya sebagai pemuas kebutuhan, dunia luar juga ambil bagian dalam membentuk kepribadian. Lingkungan mengandung daerah-daerah bahaya dan tidak aman; ia dapat mengancam maupun memberikan kepuasan. Kecemasan menurut Freud adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dlah instingual an sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri dirasakan. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindugi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

Menurut pandangan awal Freud kecemasan adalah instingual, yang timbul karena dorongan seksual tak sadar direpresikan. Namun, bila pandangan itu benar, maka kesimpulannya perasaan tersebut hanya terdapat pada sumber tak sadar, sedangkan ego  sadar seperti digambarkan dalam model structural dimana ego terpisah dari hal yang direpresikan tidak akan mengalami afek kecemasan yang tidak menyenangkan. selanjutnya, apabila ego tidak mengalami kecemasan, maka ego tidak akan memicu kontra kekuatan represif yang melemparkan dari kesadaran dorongan yang tidak dapat diterima dan yang menimbulkan kecemasan.

Peranan atau pengaruh lingkungan terhadap kepribadian individu ditunjukkan oleh fakta bahwa disamping bisa memuaskan atau menyenangkan individu, lingkungan juga bisa memfrustasikan , tidak menyenangkan , dan bahkan mengancam atau membahayakan individu. Terhadap stimulus-stimulus tertentu yang dihadapinya, dalam hal ini stimulus yang mengancam atau membahayakan, individu biasanya menunjukkan reaksi ketakutan, lebih-lebih  apabila stimulus-stimulus tersebut tidak bisa diatasi atau sulut dikendalikan. Dan  apabila stimulus yang membahayakan itu terus menerus menghantui atau mengancam individu, maka individu ini mengalami kecemasan.

Freud membedakan kecemasan menjadi tiga macam kecemasan;

a) Kecemasan realitas

kecemasan realitas atau  ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya dari dunia luar (api, binatang buas, orang jahat, hukuman, penganiayaan).

b) Kecemasan neurotik

kecemasan atas tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Sumbernya berasal dari dalam diri, kecemasan neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, sebab hukuman yang ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar.

c) Kecemasan moral

Kecemasan moral ini menyatakan diri dalam bentuk rasa bersalah atau perbuatan dosa. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral bersifat nyata, dalam arti bahwa tekanan superego atas ego yang menimbulkan kecemasan moral. Kecemasan berfungsi sebagai peringatan bagi individu agar mengetahui adanya bahaya yang mengancam, sehingga individu tersebutbisa mempersiapkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi bahaya yang mengancam itu. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi dengan tindakan yang efektif disebut traumatik. Ia akan menjadikan sang pribadi dalam keadaan tak berdaya.

Aplikasi teori psikoanalis tehadap karya sastra

Aplikasi teori Psikoanalis dalam karya Sastra dilakukan dengan mencoba menganalisis usaha-usaha apa saja yang dilakukan sang tokoh utama untuk keluar dari aturan-aturan yang mengikatnya. Permasalahan yang akan dikemukakan  disini ialah apakah teori psikoanalis memiliki keterkaitan dalam roman Thérèse Raquin, sehingga membuat roman tersebut menjadi bermakna.

Dalam roman Thérèse Raquin, kecemasan-kecemasan itu tampak dari dalam diri nya ketika selingkuhannya Laurent membunuh suaminya. Disini nampak jelas, sang tokoh utama mengalami kecemasan yang mana menurut Freud timbul dari alam bawah sadar kita (unconsiusnes). Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism. Psikoanalisis juga tercermin dalam sinopsis roman Therese Raquin berikut;

Thérèse Raquin bercerita tentang seorang gadis yang bernama Thérèse, sejak kecil ia diasuh bibinya dan ketika beranjak remaja dinikahkan oleh saudara sepupunya Camille.  Bibi Raquin sengaja menikahkan Thérèse dengan Camille agar putra semata wayangnya itu kelak ada yang menjaga, mengingat kondisinya yang lemah dan sakit-sakitan. Sebenarnya Thérèse tidak mencintai Camille, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Bibi Raquin lah yang berhak menentukan semuanya. Perkawinannya dengan Camille sama sekali tidak mendatangkan kebahagiaan, karena kondisi Camille yang lemah dan tidak dapat melakukan aktifitas berat layaknya seorang lelaki normal. Sehari-hari Camille hanya terbaring lemah di ranjangnya dan hidupnya pun bergantung dari obat-obatan yang menopang hidup. Seminggu setelah pernikahannya, Camille mengutarakan keinginannya untuk pindah ke Paris. Semula bibi Raquin tidak setuju tetapi Camille bersikeras untuk pindah dan memulai hidup baru disana. Di Paris, bibi Raquin menyewa apartement kecil dan lembab, membuka toko kelontong sementara itu, Camille diterima bekerja di kantor pusat kereta api Orleans. Hingga pada suatu hari, Camille bertemu dengan teman lamanya semasa di Vernon dulu “Laurent”. Kehadiran Laurent membawa pengaruh besar bagi Thérèse, ia menemukan sesosok laki-laki sejati yang tampan dan gagah yang belum pernah ia temukan sebelumnya. Laurent pun sadar akan hal itu, ia mengerti kalau Thérèse menaruh hati padanya dan sering memperhatikannya ketika ia bertandang ke rumah Camille. Dengan dalih menawarkan jasa melukis wajah Camille, Laurent pun dengan lihai berhasil membuat Thérèse jatuh cinta padanya. Percintaan terlarang pun dimulai, tanpa sepengetahuan Camille.  percintaan mereka berlangsung di apartement bibi Raquin yang sempit, Laurent selalu memanfaatkan waktu makan siang untuk bercinta dengan Thérèse. Semakin lama Laurent semakin tak bisa membendung perasaan cinta dan nafsunya kepada Thérèse, ia berkeinginan untuk memiliki gadis pujaannya seutuhnya. Maka, ia pun menyusun rencana, ia ingin menghabisi nyawa Camille. Pada hari minggu yang cerah, ia menjalankan rencananya. Ia mengajak Camille dan Thérèse berperahu ke sungai Seine. Sebelumnya ia mengutarakan rencananya kepada Thérèse, dan gadis itu pun setuju. Ketika perahu berada ditengah-tengah, Laurent pun menjalankan aksinya. Ia menjerat leher Camille dan membenamkan kepala Camille ke dalam sungai Seine, Thérèse yang melihat kejadian itu pun shock dan menjerit-jerit minta tolong. Laurent mengancamnya untuk tidak menceritakan kejadian itu kepada siapa pun. Berpura-pura panik dan berusaha menolong Camille yang tenggelam, Laurent pun berteriak minta tolong. Lalu, ia menceritakan ihwal kejadian tenggelamnya Camille kepada orang-orang. Ia pun dielu-elukan sebagai pahlawan, namun, bibi Raquin tidak percaya begitu saja tentang kematian Camille yang tiba-tiba. Tetapi, pikiran itu pun ditepisnya. Melihat Thérèse yang dirundung kesedihan sepeninggal kematian suaminya. Bibi Raquin pun menikahkannya dengan Laurent. Tetapi pernikahan itu tidak mendatangkan kebahagiaan, setiap hari pertengkaran mewarnai kehidupan rumah tangga mereka. Hal ini disebabkan oleh kecemasan-kecemasan yang dialami Thérèse, setelah kematian Camille. Ia diliputi rasa bersalah yang sedemikian besarnya dan perasaan bersalah itu pun semakin menghantuinya. peristiwa itu selalu melekat dibenaknya dan berulang kali potongan-potongan kejadian itu terngiang diotaknya. Laurent merasa kehadiran Thérèse membahayakannya, ia pun memutuskan untuk membunuhnya dengan racun. Thérèse pun berniat membunuh Laurent dengan sebilah pisau. Menyadari akan niat masing-masing dari mereka untuk saling membunuh, mereka pun memutuskan untuk berbagi racun itu, lalu meminumnya. Dan kedua nya pun meregang nyawa bersama.

Dari kutipan sinopsis diatas sangat jelas sekali 3 aspek psikoanalis menurut Freud seperti id, ego, super ego tampak dalam diri Therese sang tokoh utama dan Laurent ketika mereka berencana untuk menghabisi suami Therese, Camille dan kecemasan-kecemasan lainnya ketika sang suami meninggal tenggelam di sungai akibat ulah jahat Laurent (selingkuhan Therese). Perasaan bersalah yang mendera Therese terus-menerus membuatnya hampir gila, hal ini mengindikasikan Therese mengalami kecemasan neurotik, kecemasan atas tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Sumbernya berasal dari dalam diri, kecemasan neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, sebab hukuman yang ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar.

MONTAGE (EDITING)

Disusun oleh : Raspriatma C.S. – Sas.Prancis UGM 05

EXTRAIT

Le montage est un travail, une activité, un art de la combinaison, l’assemblée, la construction du film. Par exemple, la signification dans le film, les images, les sons, les formes d’esthétiques, la textualité filmique. Le montage est travaillé par l’expert du film, le technicien, et le cineaste. La première fonction du montage est narrative pour connecter la partie syntaxique dans le film, et puis deuxiement l’expressive, cette fonction pour rédiger la partie sémantique ou esthétique, et enfin le rythmique pour connecter la bande sonore et la musique.

Montage atau biasa disebut editing adalah suatu pekerjaan, aktivitas, seni menggabungkan, mengatur, mengonstruksi film seperti pemaknaan dalam film, gambar – gambar, suara – suara, bentuk – bentuk estetik, dan tekstualitas. Kegiatan ini dikerjakan oleh ahli film, teknisi dan sineas. Menurut Marcel Martin, montage (editing) itu seperti pengorganisasian rancangan – rancangan film dalam kondisi tertentu. Secara teknik, editing terdiri dari mengatur dan memasang rancangan film sesuai susunan logis.

  1. Editing sebagai pekerjaan

Secara umum prosedur dalam pembuatan film ada dua, yaitu :

  1. skenario
  2. rancangan atau isi (plan)
  1. Raccord (penyambungan)

Dalam pembuatan film, sangat diperlukan teknik penyambungan, istilah ini dalam bahasa Prancis disebut raccord. Raccord ini digunakan untuk menyambungkan rancangan – rancangan film. Berikut di bawah ini beberapa raccord yang sering digunakan dalam pembuatan film :

  1. raccord sur un regard, teknik penyambungan yang menunjukkan objek apa yang dilihat,
  2. raccord sur un movement, teknik penyambungan yang dilengkapi dengan perpindahan cepat secara berulang – ulang,
  3. raccord sur un geste, teknik penyambungan pada gerakan – gerakan lamban, kasar (tersentak – sentak),
  4. raccord dans l’axe teknik penyambungan pada dua aktivitas dalam satu kejadian
  5. raccord champ contre – champ.

Raccord juga berperan penting dalam penyambungan gambar ataupun suara seperti raccord son yaitu teknik penyambungan suara, kegaduhan, musik dalam film, begitu juga dengan raccord image yang mengatur penyambungan gambar, sketsa, lukisan.

Selain itu beberapa teknik lain tentang raccord yaitu :

  1. raccord cut, salah satu teknik yang sering dipakai dalam editing. Teknik ini digunakan dengan cara memotong bagian – bagian cepat,
  2. jump cut, teknik ini adalah teknik penanda modern, semacam lompatan visual sambil menampilkan dua kejadian yang berbeda,
  3. le faux raccord, teknik ini digunakan untuk mengganti rancangan film.

III . Fungsi – fungsi editing

Editing memiliki fungsi – fungsi sebagai berikut :

  1. naratif, fungsi ini menghubungkan sintaksis dalam film,
  2. ekspresif, fungsi ini menggambarkan susunan semantik atau estetik,
  3. ritmik, fungsi ini menghubungkan suara, musik.

Berikut ini jenis – jenis editing yang digunakan dalam pembuatan film :

  1. le montage alterné, jenis ini menggunakan sekurang – kurangnya dua situasi langsung yang mempunyai cerita yang sama dan dalam waktu yang sama pula secara bergantian,
  2. le montage linéaire, jenis ini menggunakan editing flash back atau inversi. Urutan film terhubung secara kronologis
  3. le montage parallèle, jenis ini hampir sama dengan le montage alterné, menggunakan dua atau lebih situasi, tetapi tidak dalam waktu yang sama.

Ketiga jenis editing tersebut bisa digunakan sekaligus dalam pembuatan film. Contoh dalam film Slumdog Millionaire, terdapat adegan kilas balik tokoh Jamal, adegan Jamal mengikuti kuis Who Wants To Be Millionaire, adegan wafatnya ibu Jamal sewaktu kecil.

Beberapa tipe lain editing dalam pembuatan film :

  1. montage inversé, editing ini mengatur waktu baik masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan,
  2. montage analytique, editing ini menguraikan analisis situasi dalam film,
  3. montage synthétique, editing ini menggabungkan rancangan – rancangan untuk mendapatkan arti atau pemahaman yang tinggi,
  4. montage à leitmotiv, editing ini menggunakan repetisi atau pengulangan pada rancangan film tertentu. Contoh film bertemakan politik, isi atau bagian film tersebut diulang menjadi slogan.

MEMAHAMI SASTRA BANDINGAN

Disusun oleh : Raspriatma Caesar S – Sas.Prancis 05

EXTRAIT

L’hypertexte est un instrument de création de communautés pour etudier la littérature comparée. C’est – a – dire la création comme un concept d’enseignement de littérature. Il y a beaucoup de théorie sur l’hypertexte. Par exemple, le réputé théoricien de l’hypertexte s’appelle George Landow. Il dit que l’hypertexte est une nouvelle reconfiguration d’enseignement pour les étudiantes dans l’éducation connecte par l’internet. Mais, selon Mireille Rosello, il est le professeur de français à l’université de Michigan. Il dit qu’il y a deux façons fondamentales sur l’espace hypertextuel sont les hypertextes critiques et didactiques. Ils offrent les processus analytiques et herméneutiques. L’autre opinion par le professeur d’italien, Raffaele Pinto, les messages dans la communication contient les genetiques ou analogiques déterminent le parcours au sein du hypertextuel.

Dalam memahami sastra perbandingan, sebuah universitas di Spanyol, Universitat Oberta de Catalunya mengorientasikan bahwa subjek sastra universal sebagai hiperteks. Hiperteks adalah suatu alat penciptaan bagi komunitas untuk mempelajari sastra perbandingan. Penciptaan yang dimaksud adalah prinsip atau konsep pengajaran sastra.

Pada awal tahun 80 – an, seorang ahli hiperteks bernama George Landow. Beliau mengatakan bahwa hiperteks sebagai alat mengajar model baru bagi mahasiswa – mahasiswa untuk pendidikan jarak jauh yang terhubung oleh internet.

Dalam komunitas suatu universitas, ketika seorang dosen mengajarkan sastra perbandingan, aktivitas tersebut dilaksanakan di dalam dunia maya (tidak ada tatap muka di kelas). Hal ini disebut dengan pengajaran asinkronik. Ciri – ciri ini menunjukkan betapa menariknya elaborasi dukungan tentang hipertekstual, kaya inovasi, kemampuan menarik perhatian mahasiswa, model ini merupakan cara baru untuk memahami sastra.       Membicarakan subjek sastra universal, kita (seseorang) mempunyai kesempatan membuat format atau model hipertekstual menurut konsep, pengajaran atau pandangan kita tentang sastra dalam waktu yang sama, salah satu contoh adalah : sebuah komunitas sains atau teknik maka hiperteks yang dipakai adalah penemuan teknologi terbaru. Jadi hiperteks apa yang digunakan tergantung dari komunitasnya.

Landow juga mengatakan bahwa hiperteks menawarkan segala keterbukaan bagi pembaca dan hubungan interdiskusi. Berkat hiperteks, mahasiswa dan dosen dapat menghasilkan sebuah perkuliahan terbuka, interaktif, jumlah referensi yang tak terbatas.

Sedangkan menurut ahli lain yaitu profesor Prancis Universitas Michigan Mireille Rosello mengatakan bahwa ada dua cara fondamental dalam ruang lingkup hipertekstual yaitu hipertekstual kritik dan hipertekstual didaktik. Kedua cara ini menawarkan pemakaian analisis dan hermeneutik dengan potensialitas konstruktif.

Selain itu, professor Italia bernama Raffaele Pinto juga menambahkan bahwa subjek sastra universal dalam ruang lingkup komunikasi dengan mahasiswa, disebutkan bahwa pesan – pesan dari komunikasi merupakan hubungan intertekstual yang terdiri dari genetik atau struktur dan analogik yang menunjukan sebuah difusi dan artikulasi dalam sastra. Metode ini menawarkan cara baru bagi mahasiswa dalam memahami isi, maksud, atau pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Jadi, keseimpulannya adalah bahwa hiperteks – hiperteks memberikan semacam pengalaman yang dapat membantu mahasiswa – mahasiswa dalam mempelajari penulisan maupun pembacaan karya sastra secara kritis.

MENATAP DUNIA  BERJENDELAKAN KOMPARATISME SASTRA

Disusun Oleh: Olav Iban – Sas.Prancis UGM ’06

Extrait : La littérature comparée est l’approche multi-disciplinaire qui effectue l’étude comparée des littératures de différentes aires linguistiques, mais aussi de différents médias et types d’arts. Traditionnellement, la littérature comparée française s’est limitée aux études des auteurs en relation biographique pourtant, aujourd’hui, sous l’influence des recherches américaines et japonaises, elle s’est ouverte aussi aux études thématiques, idéologiques, etc. Le comparatiste peut s’intéresser aux littératures nationales, tout comme à la musique, à la peinture, au cinéma, etc. La pratique de cette discipline exige la maîtrise de plusieurs langues et des connaissances dans plus d’un domaine de recherche. Par sa nature pluraliste, la littérature comparée encourage les échanges entre les disciplines et les lieux de recherche

Tatkala para filsuf Barat berpolemik tentang apakah telur yang membentuk ayam atau ayam sendirilah yang membentuk telurnya, seorang pendongeng Timur Tengah telah lama menjawab itu lewat salah satu kisahnya dalam cerita Seribu Satu Malam.

Seorang pedagang di kota tua Ur-Khasdim tinggal di rumah berhalaman marmer abu-abu tua, di jalan berbatu yang dipagari pohon palem. Di ujung halaman rumah itu, di bawah pohon anggur yang sedang berbunga, terdapat air mancur kecil berhias marmer berwarna putih salju. Suatu malam pedagang itu bermimpi. Dalam mimpinya, dia mendapat perintah untuk segera pergi menuju Mesir dan mendapat peruntungan. Maka berangkatlah dia keesokan harinya. Di Mesir dia jatuh tertidur di halaman mesjid dan dituduh mendobrak dan merampok rumah disebelahnya. Dia dipenjarakan dan dia bercerita kepada seorang tahanan lain bahwa dia hanya mengikuti mimpinya.

“Bodoh,” kata tahanan lain itu, “ke mana mimpimu itu membawamu selain ke penjara? Aku sendiri pernah bermimpi tiga kali akan menemukan rumah berhalaman marmer abu-abu. Di ujung halaman, di bawah rerimbunan anggur, terdapat air mancur berhias marmer berwarna putih salju. Di bawah air mancur terkubur harta berlimpah.”

Tanpa berkata apa-apa, pedagang itu kabur dan kembali ke rumahnya, menggali di bawah air mancur, dan menemukan harta karun berlimpah ruah.

Mengerti, mengenal, dan memahami apa itu komparatisme sastra bagi benak mahasiswa Fakultas Sastra sebenarnya adalah hal yang sama dalam menetukan mana yang terlebih dahulu, ayam atau telur. Rumit ruyam tak berujung. Namun sebenarnya mudah, karena untuk menjawabnya hanya perlu melihat sang objek dari sudut pandang lain yang berbeda. Seperti halnya menjawab pertanyaan apa itu gula? Gula itu adalah suatu yang manis. Tapi madu juga manis, lalu apa itu gula? Gula itu bentuknya kecil dan putih. Namun pasir di pantai juga kecil dan putih, lalu apa itu gula? Karena tak ada yang pasti di dunia ini selain ketidakpastian, maka jalan termudah untuk menjawab pertanyaan tadi adalah hanya dengan ketidakpastian itu sendiri. Mudahnya adalah, gula itu bukan garam. Selesai. Cukup dengan jawaban bersifat tidak pasti untuk menjawab pertanyaan definitif. Hal ini berlaku juga dalam memahami apa itu komparatisme sastra.

Secara teoritis, komparatisme sastra atau sastra bandingan atau interteks adalah sebuah kajian perbandingan dua karya sastra atau lebih yang berupa eksplorasi perubahan, penggantian, pengembangan, dan perbedaan timbal balik. Kajian ini bertujuan menelusuri  kemungkinan adanya pengaruh satu karya dengan karya yang lain. Menelusuri adanya kemungkinan produksi makna yang terjadi di dalam sebuah karya ketika disandingkan dengan karya lain, baik melalui proses oposisi, permutasi, dan transformasi. Menelusuri adalanya persamaan-persamaan yang berujung peniruan, jiplakan, bahkan plagiat walaupun dalam batas-batas orisinalitas. Todorov (1985: 20-21) menyebut ini dengan istilah polivalensi, yaitu wacana yang memiliki keterkaitan dengan wacana sebelumnya.

Menurut Ratna (2008: 172-173), teks-teks atau karya-karya sastra yang dikerangkakan dalam interteks tidak terbatas sebagai persamaan genre, kajian ini memberi  kemungkinan yang seluas-luasnya bagi peneliti untuk menemukan hypogram (menurut Riffaterre hypogram adalah struktur prateks, yang dianggap sebagai energi puitika teks). Interteks sebenarnya dapat dilakukan antara novel dengan novel, novel dengan puisi, novel dengan mitos. Hubungan yang dimaksud bukan semata-mata sebatas dalam hal persamaan, namun juga sebaliknya sebagai pertentangan, baik sebagai parodi ataupun negasi. Hal-hal rinci seperti inilah yang telah dibiaskan oleh mahasiswa sekarang, yang beranggapan picik tentang sebuah kajian komparatisme sastra adalah kajian yang sempit dan kaku. Hubungan antar teks tidak sesederhana seperti yang dibayangkan. Kompleksitas hubungan dengan sendirinya tergantung pada kompetensi pembaca, yang sesuai dengan hakikat post strukturalisme, makin kaya pemahaman seorang pembaca maka makin kaya pula hubungan-hubungan antar teks yang dihasilkan.

Pada pengaplikasiannya dalam sebuah penelitian sastra, komparatisme sastra memiliki hubungan erat dengan psikologi sastra, suatu kajian yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan, baik dari pengarang maupun dari pembaca (Endraswara, 2003:96). Dan pada sebuah penelitian ilmu humaniora, terutama ilmu sastra, terbagi tiga komponen utama: a) subjek peneliti, b) objek penelitian, dan c) sarana penelitian (Ratna, 2008:359). Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat dibumikan sebagai berikut: Jika sarana penelitian adalah dengan menggunakan metode komparatisme sastra, lalu harus ditentukan dua karya sastra atau lebih sebagai objek penelitian, yang dalam hal ini dipilihlah The Discours karya Niccolo Machiavelli (sebuah karya anti-tesis dari karya sebelumnya, Il Principe, satu dari tiga magnum opus-nya) yang akan disandingkan dengan Trias Politica karya Montesquie, yang keduanya sama-sama menggali tema mengenai politik dan kekuasaan. Melihat kenyataan bahwa aspek-aspek penetu dalam komparatisme sastra adalah ilhwal tema dan ide sastra, maka perlulah ditinjau ke belakang tentang bagaimana mereka berdua (Machiavelli dan Montesquie) memilih tema politik dan kekuasaan, yang sehingga peninjauan ke belakang ini mau tak mau akan bersentuhan langsung dengan kajian psikologi sastra. Dengan demikian diperlukan pengkaitan informasi agar dapat menghasilkan tujuan yang jelas. Informasi tersebut adalah pertanyaan tentang “Kapan” dan “Siapa”. Kapan mereka menulis karya-karya tersebut? Setelah perang kah? Saat negara mereka makmur kah? Atau saat negara mereka sedang dalam posisi inferior kah? Lalu informasi kedua adalah pertanyaan “Siapa”. Siapa mereka? Dari keluarga proletar kah? Dari kaum birokrat kah? Dari bangsa terjajah kah? Setelah berhasil mengumpulkan timbunan informasi berfondasikan dua pertanyaan tersebut, maka akan termudahkanlah jalannya penelitian. Dengan kata lain, komparatisme sastra memiliki tingkatan status yang lebih tinggi daripada psikologi sastra karena kajian tersebut melacak dua wujud kejiwaan yang berbeda.

Namun sesungguhnya komparatisme sastra lebih tinggi dari itu. Mengapa? Dalam imitasi penelitian di atas, belum dimasukkan satu unsur paling penting yang tak boleh dilewatkan pada sebuah penelitian ilmu sastra yaitu subjek peneliti, orang yang melakukan penelitian itu sendiri. Jika seandainya saja pada subjek peneliti disematkan nama Pramoedya Ananta Toer, lalu setelah melakukan penelitian tersebut dia menelurkan sebuah buku berjudul Bumi Manusia (buku pertama dari tetralogi Pulau Buru: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca) yang ‘mungkin’ adalah hasil dari campuran pemikiran tiga jiwa: Machiavelli, Montesquie, dan Pramoedya sendiri, maka berhaklah komparatisme sastra berdiri pada tingkatan yang lebih tinggi dari sekadar pengkajian sastra pada umumnya. Bahkan jika ingin dilanjutkan lagi, dapat diiyakan bahwa kajian ini berada satu tingkat di bawah Ilmu Sastra sendiri. Dengan penjelasan (masih berkaitan dengan kasus sebelumnya), jika buku Bumi Manusia yang ‘mungkin’ adalah hasil campuran pemikiran tiga penulis besar dunia ini dibaca, ditelaah, dan kemudian didaur ulang dengan lebih matang oleh seorang subjek peneliti lain, dalam hal ini diambil nama Goenawan Muhammad, dan Gunawan Moehammad tersebut mengeluarkan sebuah esai berjudul, misalkan Magnum Opus, yang sebenarnya adalah hasil kompilasi empat pemikiran dan kejiwaan: Machiavelli, Montesquie, Pramoedya, dan Goenawan Muhammad. Karena sesungguhnya sebuah karya sastra akan menjadi benar-benar karya sastra jika karya tersebut telah tersentuh oleh mata pembaca, dan memang benar bahwa pembaca adalah penyempurna bagi sebuah karya sastra tinggi.

Terkutuklah sebuah karya indah puitis, berisi pesan moral besar, yang tertulis dalam buku bersampul kulit tebal dengan tinta emas di tiap lembarnya, namun tersembunyi rapat di pojok jauh sebuah laci terkunci bersama obeng-obeng tua, paku berkarat, ditemani jamur-jamur kusam yang tak pernah disentuh, dibuka, apalagi dibaca.

Mungkin kenyataan di dunia saat ini berbeda dengan apa yang telah dijabarkan di atas. Namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa komparatisme sastra, atau sastra bandingan atau entah apapun julukan yang diberikan pada kajian ini, adalah memiliki arti yang sama dengan adagium ilmu Chaos (mempelajari sistem-sistem non-linear) bahwa satu kepakan kupu-kupu di hutan Amazon sanggup mencipta hujan badai maha dasyat di Manhattan. Seperti itulah komparatisme sastra. Saling berkait satu karya dengan yang lain. Bahwa dunia ini pararel, begitu juga dalam khazanah kesusastraan. Sastra adalah cerminan kehidupan. Sastra adalah pantulan kenyataan. Sastra adalah bayangan akan masa. Sastra adalah impian dan harapan. Sastra adalah kehidupan itu sendiri. Dan sastra itu hidup.

Karena menatap karya sastra sama dengan menatap dunia, dan membandingkan karya sastra sama dengan membandingkan kehidupan.

Les litteratures postcoloniales

Disusun oleh : Diyah Dewi N – Sas.Prancis 06

Extraits

Littérature postcolonial habituellement parle de la littérature qui ont fait ou après la période coloniale et le contenu sont généralement dit sur le problème du social, culturel, communautaire, environnement, qui se produisent après les colonisateurs de l’occupation d’un pays. La différence avec la littérature coloniale est parle au moment de l’occupation est fait, ses écrits a le nuances de l’horreur, la peur, la mort, il y a aussi l’esprit de nationalisme pour le pays et déteste les colons.

Sastra postcolonial biasanya membicarakan tentang sastra yang ada atau dibuat setelat masa colonial dan isinya biasanya menceritakan keadaan social, budaya, masyarakat, lingkungan dll yang terjadi setelah penjajah keluar dari suatu Negara yang dijajah. Perbedaannya dengan sastra colonial adalah, pada saat itu penjajahan sedang berlangsung, mungkin karyanya bernuansa kengerian, ketakutan, kematian, ada juga semangat nasionalisme untuk Negara dan pengecaman secara tidak langsung pada penjajahnya.

Pertanyaan tentang postcolonial ada sejak tahun enampuluhan, ketika banyak imigran dari negara-negara yang sebelumnya dijajah masuk universitas dan perguruan tinggi. Saat itu, Amerika dan Inggris mulai mempertanyakan hal-hal yang terkait dengan sejarah mereka. Apa yang mereka bicara menimbulkan ketertarikan pada para ahli sastra di negara-negara tersebut pada geopolitical sastra mereka saat ini. Study Postcolonial berusaha untuk melakukan keadilan pada kondisi produksi dan sosial budaya yang dalam konteks ini adalah sastra turunan. Mereka menghindari memperlakukan sastra postcolonial hanya sebagai sastra Eropa yang tidak dapat dipahami dengan mudah.

Kritik postcolonial lebih difokuskan terutama pada sastra dari dua penjajah terbesar yaitu Eropa kolonial di akhir abad kesembilanbelas, Anglophone dan Francophone, huruf Lusophone (di Afrika) dan sastra yang dinamis kolonial pada masa lalu, yaitu bahasa hispanophone dan lusophone dari Amerika . Dari sastra Perancis, lebih dikenal dengan komparatisme Perancis. Kritik Postcolonial mengembangkan sebuah perasaan politik yang dalam prakteknya  sedikit hilang oleh karena studi sastra Perancis. Italo Calvino mengamati, ada yang sering salah cara dalam menggunakan politik dalam sebuah karya sastra, kita dapat memakai dua cara yang lebih baik untuk menggunakan hal-hal tentang politik: baik memberikan suara bagi yang tidak memiliki suara(rakyat kecil), ataupun memberikan nama yang tidak memiliki nama.

Sastra menerima banyak tema dan bentuk dari banyak hal yang masih harus dipelajari. Selain itu, media massa menyajikan serangkaian pertunjukan dari budaya dunia, melaluinya kita menerima stereotip global dan bertanggung jawab untuk merangkum berbagai lambang budaya yang berbeda-beda. Internet, televisi dan media massa lainnya menjadikan kita sebagai seseorang yang bepergian sebagai konsumen secara global. Sepertinya hal ini juga merupakan tugas sastra, terutama huruf/bahasa Europhones, untuk menanggapi mereka atau setidaknya untuk menggagalkan salah persepsi.

Karakter transnasional dari pendiri atau pencipta sastra Perancis memiliki berbagai modus interpretasi yang menanamkan dalam penelitian postcolonial :

–  perspektif sejarah: pembentukan sebuah sejarah sastra transnasional, karena berbeda dari sejarah sastra nasional, berorientasi pada produksi kesusasteraan internasional ditulis dalam satu bahasa tetapi dalam cara pluricultural. Yang paling banyak digunakan adalah karya yang terinspirasi secara sosiologis (bidang sastra, lembaga, pusat / pinggiran) dan berfokus pada pekerjaan yang penting dan tertarik pada “minoritas” dan orang-orang yang memberi tempat untuk konsep “sastra minor”.

– perspektif interculturelle : sifat masyarakat yang hibride  mempersulit pengeksplorasian yang dilakukan oleh sastra (dan kritik) post colonial : perundingan antara agama dunia di selatan dan dunia atheist Utara antara mythologies (ekstrim) Timur, Afrika dan Amerika dan Barat mythologies antara kecanggihan teknologi dan teknik tradisional, dll.

– dan Poetics.

Perspective

Sejarah sastra bandingan : kita tahu bahwa pada tahun 1967, atas prakarsa Jacques Voisine, diluncurkan acara sejarah komparatisme sastra bahasa Eropa, yang disponsori oleh ICLA. Hal itu sebagian telah terwujud berkat berbagai publikasi, ada tiga jenis : pertama adalah metodologi perspektif, klasik, sebuah periode sejarah, dari awal masa modern hingga terang. Tapi dari sana, ada pilihan diversifikasi menjadi sejarah sastra gerakan (seperti simbolisme atau ekspresionisme) dan sejarah daerah (seperti sub-Sahara Afrika atau Karibia). Sejarah selalu datang dalam melengkapi sejarah sastra nasional (perpesctives yang melibatkan sastra dan bangsa tetap penting) tetapi merespon belajar yang lebih besar yang menyajikan berbagai masalah.

Vers des etudes transcoloniales

Salah satu pengembangan sastra yang paling menarik adalah tentang sastra bandingan. Penelitian postcolonial adalah mengenai sejarah yang membandingkan sastra-sastra, yaitu menganalisis perbandingan sastra exotik inggris, perancis, belenda, spanyol dan portugis.

Les Angles de Prise de Vue

Disusun oleh : Diyah Dewi N – Sas.Prancis UGM 06

Extraits

Les angles de prise de vue est une technique à la réalisation d’un film, mais l’image peut également être aussi un narration parce que dans l’image il y a un récit, et  dans un film, les images ont un sens et une histoire. Il y a 3 grands types angles de pris de vue c’est-à-dire : vue dans l’axe, vue en plongée, et vue en contre plongée. Dans le production d’un film on doit faire attention dans quelque teechique comme champ, effet optique, la surimpression, et le fondu.

Les angles de prise de vue atau pengambilan gambar merupakan suatu teknik dalam pembuatan sebuah film, namun pengambilan gambar juga bisa juga merupakan sebuah narasi karena dalam pengambilan gambar akan dihasilkan gambar-gambar yang ketika disatukan menjadi suatu film dan gambar-gambar tersebut memilki makna dan menjadi sebuah cerita.

Sebuah pengambilan gambar dilakukan berdasarkan anggel dan letak poros camera atau sudut camera. Dan ada 3 macam type yang paling sering digunakan yaitu :

  • Vue dans l’axe.

Dalam hal ini letak kamera sejajar dengan mata atau tingginya sama dengan mata. Biasanya bersifat objektif dan digunakan untuk mengambil gambar dengan plan horisontal.

  • Vue en plongée

Untuk pengambilan gambarnya kameramen meletakkan kamera pada posisi lebih tinggi dari pada objek, misalnya gambar dari atas seseorang yang naik tangga tetapi dilihat dari atas. Biasanya gambarnya menimbulkan suatu kesan atau efek psikologis atau simbolik.

  • Vue en contre-plongée

Poros optic camera berada dibawah atau posisinya lebih rendah dari objek yang ingin disorot. Misalkan untuk pengambilan gambar dari jauh dan biasanya gambar bangunan yang mendominasi, yaitu scene atau adegan saat seseorang naik tangga namun dilihat atau diambil gambarnya dari bawah dan tangga maupun ruangannya mendominasi gambar dalam frame.

Seorang sutradara yang bernama Dreyer menggunakan teknik plongée totale dalam filmnya passion de Jeanne d’Arc, dia meletakkan kamera secara vertical diatas objek yang akan diambil gambarnya yang saat itu adalah prajurit yang sedang berjalan. Dan orang amerika menyebut pengambilan gambar tersebut  verticale bird’s eyeview atau bird’s eye shot.

E) Champ/Contre-Champ/Hors-Champ

Le champ adalah suatu bagian yang merupakan ruang dalam frame suatu gambar dalam film. Sedangkan le hors-champ berhubungan juga dengan champ dan dia mendukung le champ, le champ dan le hors-champ merupakan suatu kesatuan elemen-elemen (penokohan, decorasi, dll) yang tidak masuk dalam champ, merupakan imaginasi untuk para penonton, hal ini diungkapkan berdasarkan definisi dari Jacques Aumont dalam Esthétique du Film. Le Champ dan le Hors champ berbicara dengan cara yang berbeda :

–          masuk atau keluar champ kamera misalnya seorang tokoh keluar dari frame atau masuk ke frame.

–          Hal yang tidak diperbolehkan dalam hors-champ yaitu seorang tokoh melihat keluar champ dan berbicara pada seseorang yang tidak terlihat di dalam champ.

–          Hors-champ dapat juga memberikan suatu pemberitahuan tentang kepergian seseorang.

Untuk pengambilan gambar dalam le champ dan hors-champ harus menggunakan dua kamera yang bergerak pada saat bersamaan. Misalnya pada adegan suatu film dimana ada dua orang yang sedang duduk berdua dan berhadap-hadapan di satu meja ; yang akan kita lihat dalam film, misalkan tokoh A dan tokoh B, saat penonton melihat wajah B atau melihat B dari depan maka yang terlihat dari A hanyalah punggungnya, kemudian sebaliknya jika penonton melihat wajah atau dari depan tokoh A maka B yang terlihat punggungnya. Penonton tidak bisa melihat dari depan kedua tokoh secara bersamaan. Dalam peletakan kamera, kedua kamera diletakkan tidak pada posisi 180° atau berhadapan tetapi kedua kamera tersebut diletakkan pada posisi antara 90 dan 120°. Hal itu memungkinkan untuk menghindari penempatan salah satu kamera dalam champ dan hal itu juga akan memberikan effek berkelanjutan atau berkesinambungan untuk para penonton.

F) Effets Otiques

Tanpa menyinggung effek-effek special dan gambar tiruan, dibentuk dengan komputer, dan kembali mengingat pada proses dasar.

Profondeur du champ adalah jarak yang dapat dicapai lensa camera film untuk mengambil gambar yang jelas atau merupakan kedalaman yang dapat dilihat dalam ruang tiga dimensi dan memungkinkan dalam pemberian perspektif.  P.D.C lebih mengutamakan pada kejelasan pada plan-plan yang berbeda. Menurut Renoir, P.D.C memiliki peran estetik dan ekspresif, misalnya kejelasan pada plan terakhirnya meningkatkan kesan pentingnya, dia mencoba menimbulkan suatu atmosfer. Orson welles dalam citizen Kane menggunakan P.D.C maksimal dimana semua plan terlihat jelas dari plan awal hingga plan akhir. Menurutnya P.D.C adalah salah satu bagian dari gabungan plan dan berperan dalam membuat suatu film menjadi lebih dramatis. Sebaliknya, Sergio Leone beranggapan bahwa P.D.C adalah suatu kekurangan : saat seorang sutradara lebih mengutamakan tentang seorang tokoh maka peran decorasi atau sekelilingnya akan berkurang : dia lebih memilih menggunakan elemen dalam konteks.

La Surimpression digunakan untuk efek-efek khusus atau artistik, dan bukan hanya sebuah transisi. Kita meletakkan suatu gambar di atas gambar lain atau menumpuk gambar dan dijadikan satu dengan memperhatikan nilai estetik, psikologis, dan simbolik yang ditimbulkannya. Misalnya jika pada suatu scene terdapat wajah  atau gambar tokoh di atas permukaan, seperti Abel Gance yang membuat gambar laut dan scene revolusi Napoleon, tahun 1926.

Le Fondu merupakan suatu teknik dasar membuka dan menutup iris camera secara bertahap yang memberi kesan muncul dan menghilangnya image/gambar secara bertahap pula. Membukanya iris camera membuat gambar membesar dari bulatan kecil hingga menjadi gambar utuh. Sedang menutup iris camera akan membuat gambar mengecil dan hanya terlihat bulatan kecil sementara gambar sekelilingnya hitam dan gambar bulatan kecil menghilang.

Pengetahuan dan Teori Sastra India Modern

Disusun oleh : Yulian Suhamto : Sas.Prancis UGM 06

Extrait

L’Inde, avec des cultures différentes et de l’histoire, au moment de cette évolution avec beaucoup d’expérience dans le domaine de la littérature comparée. Mais ce n’est pas nié, melangee de la culture et de la suppression des anciennes traditions de La Littérature comparée Indien en Inde pour faire le papier semble être de la nation dans le monde comparée. Beaucoup de choses sont comparables, mais sur la même voie, que la littérature comparée à progresser ensemble dans le domaine de la science. Mots-clés: La littérature comparée Indien, de la Tradition, et de la Culture.

Kualitas dari Komparatisme di India, ditandai dengan apa yang dilakukan di banyak negara lainnya, termasuk Perancis, yang membuat komparatisme menjadi terkotak-kotak pada konsep dan sistemnya. Perbandingan tersebut biasanya merupakan karya antik, berabad-abad lalu atau pra-modern yang jarang ditemui di Barat. Banyak dari komparatis India memang tertinggal dengan negara barat atau namun terdapat beberapa komparatis sanskrit sémiolinguistique yang bagus seperti (Kapil Kapoor) atau dengan teori feminis postcolonial ( Vijay Mishra, Suba Chakraborty Dasgupta, Chanda Ipshita), serta cerita rakyat dengan kognitivitas (Rukmini Bhaya Nair).

Para peneliti muda kebanyakan ingin mempelajari Sanskrit pada ketika mulai merambah ke dunia “Sastra dan Sinema”, sementara peneliti lain memilih untuk menggabungkan Tolstoy dan Ramayana . Memang jika diamati  hal tersebut sebagai bukti posisi antara dua dunia, yang bisa dikatakan kebingungan untuk memilih dan mengolah  data yang berkaitan dengan pengetahuan tradisional dan nasional , interpretasi modern ala Barat, atau imperialisme dunia? Namun itu bukan sebuah perjudian atau main-main saja, karena pada saat ini banyak komparatis mulai melirik humanisme sebagai hal yang penuh romantisme dan juga menghindarkan dari subyektivitas individu, menghindari risiko pemalsuan demi validitas ilmu komparatis itu sendiri.

Kenyataan memang membuktikan bahwa kemampuan komparatisme yang diterapkan mungkin akan berbeda-beda, tergantung apakah orang tersebut menggunakan sumber dan bahasa Inggris dalam penelitian, sumber dan bahasa India atau tidak menggunakan bahasa tersebut atau pula bahasa dan sumber lain didunia . Sebenarnya terdapat Komparatisme Imajiner,seperti informasi tidak lengkap dan bahkan kurang berteori, kesamaan tema dalam konteks dibuang jauh baik di dalam ruang atau waktu, ketika dasar perbandingan dibuat-buat secara universal, nama, contoh, nilai-nilai etika, agama atau politik, dan diluar sejarah. Dengan pandangan komparatisme impian inilah, monografi dari Ms Batra pada Dickens Premchand digabungkan dengan beberapa ujicoba untuk  melengkapi Karya Basavaraj Naikar ” Desecration of Religious Values in The Power and the Glory and Samskara “ (Penajisan Nilai Agama dalam Kekuataan dan kemuliaan dan samskara) dan “The Swami dan Whiskey Priest: A Comparative Study of Basavaraj Kattimani of Jaratari Jagadguru and Graham Greene’s The Power and The Glory “, masing-masing diarahkan oleh Mohit K. Ray dan Rao dan diarahkan oleh Dhawan. Karya tersebut tidak sungguh-sungguh  mengurusi seni pembicaraan atau dimensi otonomi, atau citation yang mendukung, tidak semua paradoksal, tidak mengurusi tema, tidak pula mengurusi kelas-kelas dalam proses modernisasi. Mereka justru melihat studi ini adalah ironi pada situasi tertentu, yang tidak selalu terjadi.

Komparatis lain, Sisir Kumar Das, dalam bekerja secara komparatif menggabungkan aspek faktual dan kontekstual  untuk menimbulkan hal-hal yang sensitif. Terkadang sering overdosis dalam menulis sebuah karya komparatisnya, meskipun dia tidak memberikan tanda ketegangan apapun dalam penggunaan pilihan datanya, dan justru ternyata sinkron dan cenderung menafsirkan lingkup interaktifitas dari “sastra.” Sebuah studi  “Tagore dan Jimenez: konsentris kreatifitas” (143-159) mengatakan bahwa lebih baik merevisi konsep lama daripada melarikan diri dari masalah yang terjadi dan maju sementara hal itu justru membohongi pada akhirnya. Permasalahan yang bertingkat ini, adalah sebuah resiprok atau timbal balik dari sebuah tradisi lokal dan tradisi lain yang menyatu, dan hal ini ada dalam sebuah puisi individu dan vice versa dari penulisan Juan Ramon sebelumnya. Ia menyindir istrinya, dan menulisnya dalam bahasa Inggris. “ Apa yang penting untuk diketahui adalah mengapa tradisi kuno masih digunakan dalam beberapa hal modern”.

Seluruh tradisi tidak akan berlaku seiring berjalannya waktu, tetapi terkadang ada beberapa hal yang membuatnya kembali digunakan. Seperti yang dikatakan Das dalam puisi Aphoristiquenya.

Para peneliti komparatisme di India sangat familiar dengan fungsi dan teori polisistemik ( “dinamis dan heterogen”) yang dicetuskan oleh Itamar Even-Zohar pada tahun 1972,walaupun di Eropa,tidak begitu terkenal seperti Daniel-Henri Pageaux yang telah menggunakannya. Zohar menjelaskan dalam “Polysystem Teori” (polysystème) dirancang untuk menjelaskan dan memahami hal tertentu koeksistensi dari dua atau lebih sistem atau budaya, lebih sempit, sastra, dalam konteks yang sama. India dan Israel yang serupa dalam hal ini, namun situasi penggunaan dwi bahasa yang telah dominan di Eropa akhir-akhir ini, mengingatkan komparatis India tentang teori Zohar, yang sekarang berguna untuk menentukan batas-batas politik, memperluas kapasitas  ekonomi dan manusia, serta peningkatan imigran non-Eropa untuk belajar komparatisme. Di India, kini tidak mempermasalahkan bahasa lagi dalam pengembangan Komparatisme nya untuk dipublikasikan secara internasional. Untuk menyamakan dan menyamarkan perbedaan, Mukarovsky Eichenbaum (seorang komparatis India yang ahli) melibatkan dual praktik eksperimentasi ilmiah yang melibatkan pentransferan heuristis kepada  metode hermeneutik manusia dan ilmu yang lainnya (salib), dan metode interpretasi pada objek historis dan geografis jauh (planétarité).

Penggunaan Sudut Pandang dan Fokus dalam Film The Terminal(2004)

Disusun oleh : Yulian Suhamto – Sastra Prancis UGM 06

Extraits:

Focus et la perspective d’un film tient un rôle important. L’accent peut créer une image dans un récit et de la communication, tandis que le point de vue au public soit en mesure de déterminer clairement le thème, même si parfois il ya un film qui est ambigu. Un bon film est un film qui entraîne le public avec un accent sur l’efficacité, la clarté et la variatif . Perspectives sera également différent de l’orientation, et de jeter les modifications apportées par la caméra film.

Mots-clés: Focus, Point de Vue, Caméras
Sudut pandang di bioskop menurut Aumont ada 4.

1.    Titik yang kita lihat , ditentukan oleh pengambilan focus terhadap objek yang dilihat. Hal ini bisa kita gambarkan dengan sebuah gelas yang di take dalam beberapa scene yang berbeda. Misalkan gelas itu diminum oleh orang, maka sebuah frame dalam satu scene akan terfokus pada gelas itu, bukan pada orangnya saja.

Jadi sudut pengambilan gambar sangat berpengaruh terhadap focus penonton. Sebagai contoh, dalam film The Terminal (2004, Tom Hanks, Catherine Zeta Jones) banyak menggunakan angle yang menarik, terutama pada saat Viktor Navorski (Tom Hanks) melihat negaranya sedang dilanda perang, angle yang setengah penuh dengan pengambilan pada televisi di bandara yang menayangkan kondisi Krakozhia, negaranya, sambil melihat ekspresi Viktor yang kebingungan.
2. Pandangan itu sendiri, seperti yang diambil dari beberapa point of view, gambar diolah dan dimainkan dengan perspektif yang telah disetting.
3. “Pandangan” dalam hal ini disebut sebuah point of view yang bersifat naratif. Pengaturan dari pengambilan gambar, kurang lebih selalu mewakili sebuah hubungan, apakah cerita atau karakter. Penempatan pada kamera dan pengambilan gambar itu sendiri sudah mewakilkan sudut pandang naratif. Hal ini bisa dicontohkan pada film August Rush (2007) pada endingnya. Kebanyakan terdapat pada ending sebuah film.
4. Kata “perspektif” dalam Bahasa Prancis juga merupakan untuk menunjukkan rasa tertentu dari penglihatan dalam sebuah kalimat. Sudut pandang pada film menginformasikan kumpulan dari representasi dan narasi, semuanya ditentukan oleh karakter yang mencerminkan naratologi.
Dalam film naratif, fokus sering diarahkan pada seseorang, baik itu tokoh dalam cerita atau narrator itu sendiri. Fokus dari scene dalam sebuah film naratif sebenarnya menunjukkan penggambaran dari narasi yang terkesan kaku.

Pemfokusan pada suatu film mengarah kepada proses dan cara untuk menyampaikan informasi dalam sebuah sudut pandang narasi seseorang. Memang, prioritasnya adalah fokus pada tokoh per tokoh. Fokus pada penokohan, sebenarnya sudah sangat umum karena biasanya hanya membutuhkan seorang tokoh yang bersifat jagoan (hero) dan tokoh sisanya hanya karakter tambahan yang memberikan intrik pada film.

Fokus pada karakter atau penokohan umum ada dalam sebuah film, dan sering disebut subjective camera, fokus dalam film terkadang bisa berbeda, lebih sering atau jarang, sama seperti dalam sebuah novel.

Menggunakan fokus untuk melihat model sudut pandang berdasarkan pada informasi yang disampaikan oleh film, untuk melihat persepsi yang digunakan sebagai sumber informasi. Siapa dia? Apa itu alam :apakah sebuah pandangan dari tokoh atau sebuah pandangan langsung dari sebuah alat (teropong, kamera) apakah itu hanya sebuah gambaran mimpi atau kenyataan?

Hal ini bisa dilihat dengan 3 cara:

– Narator sebagai tokoh utama atau tokoh umum

– Narator tambahan, karakter

– Karakter dalam cerita. Sebuah karakter dalam aksinya, melihat apa yang pemirsa melihat.

Disini akan saya contohkan pada Film The Terminal ( Steven Spielberg :2004)

Dalam film ini ditemukan banyak sekali pengambilan gambar yang membuat penonton menjadi lebih tertarik. Dari sampul poster the Terminal yang cerdas, yaitu obyek ambient menjadi blur dan Viktor Navorski (Tom Hanks), menandakan bahwa seorang Viktor kesepian dan ketidak tahuan berada disebuah negara yang asing dan dalam keadaan yang membingungkan.

Pada Scene Awal, Viktor Navorski harus menggunakan bahasa Aneh yaitu bahasa Krakozhia, sementara ia berada di Amerika Serikat – Bandara JFK. Sang sutradara memberi gambaran penonton dengan penempatan kamera yang menggunakan perspektif burung sehingga mendapati sebuah bandara megah dengan seorang yang tersesat, tanpa mengerti bahasa dan mau kemana.
Ide Cerdas untuk menyampaikan sebuah pesan? Bisa jadi, Hal itu masih akan dijelaskan selanjutnya ke scene setelahnya, ketika Viktor harus dibawa ke kantor imigrasi karena ia sedang terjebak masalah keimigrasian dan negaranya sedang bermasalah sementara Amerika menolak paspornya, karena konflik di negara Krakozhia. Disini sutradara menggunakan sudut fokus rendah, dengan kamera di belakang sang penanya di kantor Imigrasi. Karena film ini bukan film naratif, maka The Terminal menggunakan angle yang membuatnya berbicara.
Dari awal, entah mengapa sang sutradara membuat gambaran kabur tentang misi Seorang Viktor Navorski hingga terdampar di Amerika Serikat. Sejak awal, ketika ia harus masuk ke Gate 28, merupakan terminal yang belum jadi. Disitu, sang sutradara membuat penonton bertanya-tanya, maka sudut pandang kamera sebenarnya sudah tersetting ke kaleng kacang yang selalu dibawa oleh Viktor.

Dan pada ending cerita, Viktor membuka Kaleng tersebut yang isinya adalah tanda tangan pemain jazz kesayangan ayahnya. Hanya 1 yang belum tertandatangani, dan orang itu tinggal di Amerika. Konflik yang ditampilkan juga merupakan sudut pandang yang sedikit banyak membuat poliinterpretasi para penonton.

Semenjak film dibuat, semenjak sutradara ada, maka sudut pandang dan fokus dalam film memegang peran penting yang tak terpisahkan.

Penokohan dalam Film

Disusun oleh : Tiara Risa P – Sas.Prancis UGM 06

Extrait

Les personnages est un ingrédients primordial dans un histoire, y compris dans un film. Peu importe ce qui est de la forme d’une personne dans un film, une histoire est toujours « l’histoire de quelqu’un ». Dans un film, Personnages a deux rôle important ; sa fonction et sa personnalité. Fonction est le role que la personnage en question va jouer dans un film et quelqu’un personnalité peut être vu de la façon dont l’acte de tout le personnage du film et de la façon dont il communique avec l’autre personnage.

Tokoh

Tokoh merupakan sebuah aspek mendasar dalam sebuah cerita, termasuk juga film. Menurut Aristoteles, adegan drama, simulasi, peniruan, tidak akan bisa berfungsi dengan baik tanpa adanya kehadiran hal yang mereka tiru, yaitu sifat manusia itu sendiri.

Harus diingat bahwa sebuah cerita (khususnya sebuah film), selalu merupakan sebuah cerita tentang seseorang.

Walaupun dalam beberapa film, tokoh utama yang diceritakan bukanlah tentang seorang manusia, bisa saja hewan, alien, maupun tumbuhan, tetapi bagaimanapun juga sifat manusia harus muncul. Bentuk rupanya mungkin memang bukan manusia tetapi emosi, tingkah laku dan kepribadiannya memiliki sifat manusia.

Dua elemen penting dari sebuah tokoh adalah perannya dan kepribadiannya. Kedua hal ini sangat mempengaruhi satu sama lain. Peran sebuah tokoh dalam sebuah film menentukan bagaimana jalan cerita film itu, tanpa kehadiran sebuah peran maka cerita dari film itu akan berubah. Sementara kepribadian tokoh adalah gambaran mengenai sebuah tokoh dalam film yang ditunjukkan dari perilaku dan interaksinya dengan tokoh lain.

Walaupun peran sebuah tokoh berbeda dengan yang lainnya dalam sebuah film, baik tokoh utama maupun hanya tokoh pendukung semua tokoh memiliki kepentingan yang berbeda beda dalam pembentukan sebuah jalan cerita sebuah film dan akan merubah jalan ceritanya jika peran tersebut dihilangkan.

Untuk memperjelas, kita akan mengambil sebuah conto film, Hercules, animasi produksi Disney tahun 1997 yang menceritakan tentang petualangan Hercules, anak dari dewa Zeus yang berkuasan menguasai langit dengan Hera sebagai ibunya. Dalam versi Disney Hercules turun ke bumi menjadi anak setengah dewa karena racun yang diberi oleh Pain dan Panic, anak buah Hades, dewa penguasa neraka. Dalam perjalanannya kembali menjadi dewa, Hercules harus membuktikan bahwa dia adalah seorang pahlawan sejati.

Berusaha keras menjadi pahlawan sejati, Hercules melawan semua monster yang ada atas bimbingan Phil ditemani Pegasus, kuda terbang kesayangannya hadiah dari Zeus. Hades yang selama ini mengira Hercules telah disingkirkan merasa kesal dan berusaha dengan segala cara menghentikan Hercules, bagaimanapun, Hercules selalu berhasil melawan semua monster kiriman Hades sampai dia akhirnya menjadi pahlawan yang sangat terkenal. Hades pun memanfaatkan Megara, seorang gadis cantik untuk mendekati Hercules dan menggali informasi tentang kekuatannya. Saat Hercules jatuh cinta pada Megara, maka Megara-lah sumbersemua kelemahan Hercules.

Dalam cerita ini, terdapat banyak tokoh sampingan, sementaran tokoh utama yang paling berperan tentu saja Hercules (sesuai dengan judul film ini) dan Megara. Hercules disini digambarkan sebagai seorang pria muda yang pada awalnya merasa tidak nyaman dengan kekuarannya yang tidak dapat dikontrol, dia selalu membuat kekacauan sampai akhirnya dia diusir dari desanya dan bertemu dengan Zeus, ayah kandungnya barulah dia menyadari tujuan hidupnya untuk menjadi seorang pahlawan sejati agar bisa kembali ke kahyangan. Hercules yang kemudian digambarkan sebagai seseorang yang sangat kuat, ceria dan optimis. Hercules tidak mengenal rasa sedih sedikitpun, walaupun tetap saja dia merasa ada yang kurang dalam hidupnya, tidak perduli sebanyak apa monster yang sudah dia lawan serta popularitasnya, tetap saja itu tidak membuktikan bahwa dia adalah seorang pahlawan sejati. Peran Hercules tentu saja sangat penting sebagai tokoh sentral, film ini menceritakan tentang kehidupannya.

Megara, sang gadis penggoda juga berperan penting dalam kehidupan Hercules, tanpa Megara, Hercules tidak akan pernah bisa kembali ke kahyangan, karena berkat Megara lah Hercules berhasil membuktikan bahwa dirinya mampu berjuang dan lebih mementingkan kehidupan orang lain dibanding hidupnya. Karakter Megara dalam film ini digambarkan sebagai seorang gadis yang pada awalnya merasa trauma dengan segala macam hubungan antara pria dan wanita karena masa lalunya, dia juga cerdas dan licik.

Pain dan Panic, kedua setan kecil anak buah Hades ini adalah penyebab hilangnya kedewaan Hercules, merekalah yang menyuapkan racun kepada Hercules sehingga dia berubah menjadi seorang manusia biasa, dengan kemampuan mereka berubah wujud mereka juga berhasil menarik perhatian Pegasus dengan berubah menjadi seekor kuda betina sehingga Pegasus terjebak dan meninggalkan Hercules yang sedang bertarung. Karakter mereka berdua hampir sama, selalu menuruti apa yang diperintahkan oleh Hades dan jika mereka tidak bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan baik, mereka tidak akan mengatakannya kepada siapapun. Termasuk saat mereka gagal membuat Hercules minum seluruh tetes racun yang diberikan Hades.

Dari beberapa contoh di atas, kita bisa melihat betapa pentingnya peran sebuah tokoh dalam sebuah film, setiap tokoh memiliki kekhasan yang diungkapkan dalam kepribadian mereka, bisa dilihat dari tingkah laku mereka sepanjang film, selain itu juga peran mereka dan pengaruh peran tersebut pada cerita tersebut.

Tiara Risa P

13728

Belajar Lewat Internet

Disusun oleh : Tiara Risa P. – Sas.Prancis UGM 06

Extrait

Sur l’existence de l’Internet, tout le monde peut obtenir l’information dont ils ont besoin de n’importe où, sans la nécessité de tenir compte des différences dans l’espace et le temps. Tout le monde peut utiliser internet comme une nouvelle façon d’apprendre, aussi bien l’utiliser pour obtenir l’information dont ils ont besoin et aussi fournir de nouvelles bases pour l’enseignement à distance grâce à la création de nouvelles communautés d’étudiants connectés par le biais d’Internet. Il ya toutefois quelques différences dans l’utilisation de texte et l’hypertexte comme un établissement d’apprendre

Mot de clés : internet, texte, hypertexte, etudier.

Di era teknologi seperti sekarang ini, semakin banyak cara yang bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk memperoleh ilmu, selain secara formal dengan bertatap muka dengan guru di sekolah dan membaca buku-buku teks di perpustakaan, kita sekarang juga bisa memanfaatkan keberadaan internet untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan.

Limitless, internet sebagai salah satu alat komunikasi terbaru saat ini bisa dikatakan sebagai sebuah dunia baru yang tanpa batas. Dengan keberadaan internet, maka perbedaan ruang dan waktu bukanlah menjadi hambatan yang berarti lagi. Informasi yang kita butuhkan bisa kita dapatkan dari mana saja dan siapa saja. Karena semua orang bisa menuangkan pemikirannya di internet dan semua orang juga bisa mengakses ke hasil pemikiran tersebut, karena itulah internet disebut sebagai dunia baru yang tak terbatas, semua kemungkinan bisa ditemukan di internet.

Penggunaan internet sebagai sumber informasi dalam sebuah pembelajaran sebenarnya sudah dilakukan dan dianggap sah oleh berbagai instansi, lain halnya dengan proses belajar-mengajar melalui internet yang masih jarang dilakukan kecuali di beberapa Negara maju sepertiAmerika dan Eropa. Ada beberapa hal yang membedakan sistem pembelajaran di sekolah dengan belajar melalui internet. Contoh yang paling jelas terlihat tentu saja hubungan komunikasi antara guru dan murid, dimana saat belajar di kelas murid dan guru saling bertatap muka sementara di internet mereka tidak bertemu secara fisik. Sehingga model pembelajarannya pun adalah asinkron. Model pembelajaran macam ini memungkinkan seseorang belajar dimana saja dari mana saja.

Selain itu, dalam masarakat akademik yang belajar sastra komparatif, mengajar berlangsung dalam konteks baru di mana guru dan siswa tidak bertemu secara fisik di waktu yang sama membawa kita untuk berpikir secara mendalam tentang konfigurasi virtual ini untuk ruang rapat dan pembelajaran dan pengembangan bahan hypertextual saja menarik, kaya dan inovatif, mampu menarik minat siswa baru untuk memperhatikan cara hidup mereka dengan hubungan sastra. Kedua elemen diharapkan untuk menciptakan rasa milik dalam masyarakat belajar yang utama adalah kepentingan sastra dengan menggunakan perspektif komparatif. Melalui subjek “Berita universal sastra” kami memiliki kesempatan untuk mengatur dalam hypertext dan studi literatur, sedangkan memberikan pada saat yang sama yang belum pernah terjadi sebelumnya kesempatan untuk menelusuri beberapa topik dari dunia sastra. Demikian pula, pendekatan yang kita lakukan untuk mendorong dan meningkatkan partisipasi siswa dalam ruang maya ini dengan harapan yang merangsang dialog di antara semua peserta.

Menurut Landow, salah satu masalah yang perlu dipertimbangkan adalah penjelasan dari hubungan antara teknologi informasi di masa lalu dan masa kini. Bahkan, jika kita mengatakan bahwa seluruh kritik sastra tradisional adalah sebuah konsep sastra tertentu (yang terkait dengan buku yang dicetak, tertutup, stabil), adopsi baru bentuk teks elektronik ini akan memerlukan pada saat yang sama tidak hanya cara-cara baru yang bertanya tentang apa sastra (atau apa itu sampai sekarang), tetapi juga termasuk memikirkan kembali dari sudut pandang sejarah, cara kritik sastra secara tradisional didefinisikan dengan obyek studi yang penting dan bagaimana praktek (atau pendidikan) yang terhubung ke inextricably tertentu dari konsepsi sastra dan menulis buku sebagai sarana dasar difusi. Hubungan antara konsep sastra dan kesusasteraan lembaga pantas pemeriksaan lebih lanjut. Tidak ada, tentu saja, hubungan yang unik, tetapi sebanyak mungkin hubungan pendekatan teknologi dan konvensi membaca dan menulis (Aarseth, 1997: 74). Hal ini juga memungkinkan kita untuk memikirkan kembali proses membaca dan karakteristik, nampaknya transparan, bahan cetak (Rosello, 1997: 148).

Internet, dengan konten hypertextnya, merupakan sebuah hal baru dalam dunia komparatisme sastra, juga merupakan sebuah perbedaan mendasar dibandingkan dengan buku teks. Dalam penggunaannya, hypertext mengarahkan pembacanya dari satu teks ke teks lainnya secara bebas, dalam sebuah artikel, bisa ditemukan banyak link menuju artikel lain yang berhubungan dengan bahasan dalam artikel tersebut. Dengan memanfaatkan hypertext ini, kita bisa mendapatkan sebanyak apapun informasi yang kita butuhkan.

Permasalahan yang muncul kemudian adalah dengan adanya hypertext yang mengarahkan kita kesana-kemari, pembaca sering dibuat bingung akan hasil akhir yang mereka dapatkan, terkadang mereka bisa juga “tersesat” antara link-link yang ada di internet. Mencari data melalui internet bisa diibaratkan seperti menjelajahi sebuah dunia baru dengan kemungkinan yang tidak terbatas, kita bisa pergi ke mana saja. Jika dibandingkan dengan buku teks, jelas perbedaannya adalah jalur yang harus ditempuh (jika diibaratkan dengan sebuah penjelajahan). Lewat buku, jalan yang akan kita tempuh sudah disusun dengan urut oleh penulisnya, sementara menjelajahi internet kita harus menentukan sendiri jalan harus kita tempuh untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Kita harus bisa membatasi diri dan mengetahui dengan jelas tujuan kita agar kita tidak tersesat.

Yang sering diragukan dan menjadi bahan diskusi adalah bagaimana para siswa pada akhirnya berhasil menentukan jalan mereka untuk mendapatkan informasi yang mereka cari, hal ini juga merupakan indikator cara pikir seseorang, “Program ini telah dikembangkan, karena sudah melihat presentasi, sebagai atlas dimana semua komponen yang terhubung dengan satu sama lain. Kami harus dinavigasi ketika mencoba untuk menempatkan potongan-potongan yang sangat sederhana pada standar: dipimpin oleh keinginan untuk membaca petualangan dan penemuan. Ini adalah media dimana setiap penulis telah menyebar tentang bebas dan bukan membaca buku petunjuk. Anda bebas memutuskan tujuan perjalanan hypertextual ini”(Borrás, 2001).

Tiara Risa Primaresti

S. Prancis 06

06/196784/SA/13728


Kalender..Biar Inget Tanggal..

June 2009
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Counter dan Statistik Blog

  • 33,290 hits

Apa Si Isi Blog ini?