Komparatisme Dan Sinema Sastra

Realisme dalam sinema : Neo-realisme Italia dan Realisme Klasik Hollywood – Agnes Karina Rosari

Posted on: June 22, 2009

Realisme dalam sinema : Neo-realisme Italia dan Realisme Klasik Hollywood

Disusun Oleh : Agnes Karina Rosari – Sas.Prancis UGM 06

Extraite

Dans le monde cinematographique, il exist deux type de style de faire un film. C’est le néo-réalisme italien et réalisme classique hollywoodien. Dans le film néo-réaliste, la dramatisation narrative étant accolée directement au contexte sociale, la vraisemblance de l’image n’en devient qu’étayée, comme une forme ou figure directe d’autenticité rendant compte d’une libération complète de l’homme. Si l’ecriture montre le récit dans les films néo-réalistes, les matières d’expression font foi du désir d’explorer davantage le réel. Pour réalisme hollywoodien, beaucoup plus systématisé, se rapprocant de la falsification et de la manipulation de la réalité.

Tradisi klasik biasanya dibagi ke dalam dua tradisi besar, yakni tradisi formalis dan tradisi realis. Tradisi formalis muncul pertama kali dengan tulisan Hugo Munsterberg di tahun 1916 (The Photoplay:A Psychological Study) dan mencapai kematangan dalam teori-teori Sergei Eisenstein (1898-1948). Sebaliknya, tradisi realis dimulai oleh karya Siegfried Kracauer di tahun 1947 (From Caligari to Hitler:A Psychological History of the German Film) yang disusul oleh karya seminal, Theory of Film:The Redemption of Physical Reality pada tahun 1960

Kaum realis meyakini bahwa dalam perekaman kejadian-kejadian secara otomatisnya, film harus benar-benar mengimitasi secara tepat pengalaman hidup sehari-hari. Dengan kutub oposisinya dengan kaum formalis, para realis membantah bahwa kemampuan film untuk mengimitasi kenyataanlah yang menjadikannya bentuk seni. Properti spesifik dari film adalah representasi fotografiknya tentang kenyataan.

Bagi realis seperti kritikus film dari perancis Andre Bazin, pengambilan kamera yang lama dan mendalam adalah elemen dari gaya film yang menyadari properti spesifiknya untuk menimitasi kenyataan. Dengan mengijinkan beberapa gerakan untuk dikomposisikan dalam satu shot yang sama, deep focus sinematografi disesuaikan dengan kebutuhan akan editing, dan mendukung penggunaan pengambilan yang berdurasi lama. Menggunakan dua teknik ini, pembuat film akan mampu untuk membangun unit spasial dan temporal dari sebuah adegan, dan dapat mengimitasi kenyataan (dalam kacamata para realis)

Istilah neorealisme diberikan oleh para kritikus film Italia pada tahun 1940-an untuk menyebut karya para pembuat film muda yang melawan kecenderungan film-film pada masa diktator Mussolini (film-film telefono bianco). Pada akhir periode Perang Dunia II terjadi perubahan yang radikal dalam pranata budaya dan sosial di Italia. Setelah berkuasa sejak tahun 1923, diktaktor Benito Mussolini akhirnya runtuh. Keruntuhan ini dipicu salah satunya oleh Perang Dunia II yang bagi Italia dimulai sejal tahun 1940 dan berakhir hingga bulan Juni 1944 untuk wilayah sekitar Roma (daerah Italia tengah-selatan dan yang lain, akhir masa ini adalah pada tanggal 25 April 1945). Lahirlah sinema Italia yang kemudian dikenal di seluruh dunia sebagai sinema Neorealisme.

Kehadiran neorealisme dianggap mendapat pengaruh dari gerakan verismo (realisme) dalam bidang sastra dan film-film poetic realism, seperti film Toni (1935) karya Jean Renoir dan film 1860 (1934) yang disutradari Alessandro Blassetti. Para pembuat film neorealisme membuat film berdasarkan plot yang berasal dari kehidupan riil, dengan otentisitas visual, cameraworks tidak aneh-aneh, disyuting langsung di lokasi, tanpa make up, dan hampir tidak menggunakan efek khusus (special effects).

Konteks politik Italia saat itu adalah kondisi pasca-fasisme dan perang yang membuat Italia terpecah-belah, babak belur, melarat, semua harus dibangun kembali, semua harus dimulai lagi dari awal. Industri film Italia mengalami kehancuran karena hancurnya infrastruktur dan peralatan produksi. Dapat dipahami, film-film yang muncul pada era ini, yakni film-film neorealis, banyak mengangkat tema-tema kemiskinan, pengangguran dan kesulitan eksistensial hidup sehari-hari.

Kehadiran film-film neorealisme dianggap dimulai dari film Luchino Visconti, Ossessione (1942). Film ini bercerita tentang seorang pengangguran yang terjebak dalam skenario pembunuhan terhadap suami perempuan yang dicintainya. Semenjak Ossessione, pembuat film lain seperti Roberto Rossellini, Michelangelo Antonioni, dan Vittorio De Sica berkarya secara produktif dengan gaya neorealis. Neorealisme berusaha memperlihatkan realita/kenyataan seperti yang dialami oleh masyarakat kelas bawah Italia. Neorealisme banyak memotret kenyataan sosial, kemiskinan, dan keputusasaan, yang dialami oleh banyak orang Italia saat itu.

Setelah banyak membahas tentang realitas yang dimunculkan secara langsung dalam Neo-realisme italia, mari kita membandingkan dengan realisme klasik Hollywood. Tujuan utama dari film-film mainstream hollywood adalah untuk menyuguhkan cerita kepada penikmat film. Walaupun semua film standar hollywood berbasis disekitar plot atau ide naratif dan mengandung bermacam-macam adegan yang berkontribusi pada keseluruhan cerita, di level fundamentalnya semua film dapat digarap hanya dengan dua dasar building blocks : shots dan cut. Kemudian penggunaan kamera dan editing yang merupakan elemen krusial dalam bahasa gambar bergerak.

Walaupun mempunyai ide untuk mengadaptasi kenyataan, namun berbeda dengan neo-realisme italis, hollywood menggunakan studio dan setting buatan dalam pengambilan gambar, karena realisme klasik hollywood mementingkan estetisme dalam pembuatan film. Tema-tema yang diangkatnya tidak melulu tentang kesedihan maupun tema gelap lainnya, tetapi lebih ke kenyataan yang diidealkan oleh masyarakat, menyampaikan cara hidup rakyat Amerika sambil menyelipkan nilai-nilai yang mereka yakini seperti kemandirian dan demokrasi di negara tersebut.

Extraite

Dans le monde cinematographique, il exist deux type de style de faire un film. C’est le néo-réalisme italien et réalisme classique hollywoodien. Dans le film néo-réaliste, la dramatisation narrative étant accolée directement au contexte sociale, la vraisemblance de l’image n’en devient qu’étayée, comme une forme ou figure directe d’autenticité rendant compte d’une libération complète de l’homme. Si l’ecriture montre le récit dans les films néo-réalistes, les matières d’expression font foi du désir d’explorer davantage le réel. Pour réalisme hollywoodien, beaucoup plus systématisé, se rapprocant de la falsification et de la manipulation de la réalité.

Agnes Karina Rosari

06/196866/SA/13751

3 Responses to "Realisme dalam sinema : Neo-realisme Italia dan Realisme Klasik Hollywood – Agnes Karina Rosari"

ben alors…

extraite ou extrait?

saya numpang baca tadi pdhl gak ngerti itu bhs perancisnya untung ada bhs indo, nice article 😀

Leave a comment

Kalender..Biar Inget Tanggal..

June 2009
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Counter dan Statistik Blog

  • 33,292 hits

Apa Si Isi Blog ini?